Kamis, 20 Juni 2013

Sebuah Jalan

Hello!
Lama sudah aku tidak bersua disini. Terakhir kali aku bersua disini rambutku masih gondrong ala barbie gitu, tapi gak pirang.... Sekarang udah dipotong, jadi tambah ganteng ( kata generasi tua) , yah! sayang banget dipotong, bagusan gondrong! ( kata generasi muda) . Yah, hidup kita memang selalu aja ada yang gak setuju dengan yang kita lakukan. But, semuanya kembali lagi ke kita kan? :p

Rambut pendek enak juga sih, gak usah sampoan tiap mandi, paling juga seminggu sekali.........
Gak deng, 2 hari sekali, gak deng, tiap hari lah! Trus juga abis mandi gak usah sisiran udah ganteng, kalo dulu mah rempong. Tapi ada kekurangannya juga sih. Seperti jadi gak gampang dicari lagi, padahal kan enak kalo misalkan jalan bareng trus bikin meeting point nya dimana jadinya kan mudah ditemui, sekarang udah gak. Gak bisa lagi ngisengin temen dengan pura-pura jadi bencong dengan rambut dikuncir "Tomb Rider". asli hina banget -___-
Sudahlah, itu semua bagian dari sejarah hidup kita, kita harus bersyukur. Alhamdulillah.
Tahun depan juga udah gondrong lagi, LAH........

Banyak sekali yang sudah terjadi sejak terakhir aku bersua disini, banyak jalan-jalan juga yang belom sempet kutulis di sini, ke Jepang, Ciater, dan Sweet Escape ke 3! Pengen rasanya bercerita banyak tentang itu semua, tapi apa daya, inspirasi belum menghampiri, semoga setelah menulis postingan ini inspirasi itu datang kembali, seperti sediakala, seperti saat memulai kembali membangunkan blog ini setelah tertidur sekian lama.

Kita terkadang emang suka gak sadar bahwa kita punya banyak potensi yang bisa kita gali dalam diri kita. Akhir Maret kemaren aku ikut les Russia. Les dimana? Les sama temennya temen yang kuliah sastra Perancis. Ribet gak? Gak kan? Yah, jadi emang gak ada yang namanya kebetulan. waktu itu lagi ngumpul bareng setelah sekian lama kami tidak berkumpul, kemudian cerita macem-macem sampai akhirnya aku bertanya kepada mereka "Kalo kursus bahasa asing lain selain Inggris enaknya bahasa apa ya?" Inggris udah belajar dari TK, Jerman udah waktu SMA walaupun lupa dikit tapi setidaknya udah pernah belajar lah, dan akhirnya tiba-tiba aku nyeletuk bilang "Russia gimana?" Semua pada diem.

Lalu si Dina tiba-tiba jawab "Aku punya temen lulusan sastra Russia" Aku langsung bilang "Serius, Din? Dia pun menganggukkan kepalanya. Akhirnya aku minta kontak temennya Dina dan langsung coba hubungin. FYI dia lebih tua 3 sampai 4 tahun dari aku. Setelah basa-basi aku ngomong kalo aku mau belajar bahasa Russia, dan akhirnya kami menentukan tempat belajar kami adalah di kosan Dina karena posisinya strategis, ehm, gak strategis juga sih karena dia rumahnya di Bogor dan aku di Jakarta Utara, sementara kosan Dina itu di Jakarta Timur. Tapi dia gak masalah, oh ya nama temennya Dina adalah Tyas, tapi aku manggilnya Kak Tyas karena lebih tua dariku.

Kita sepakat kalau mau belajar harus ngasi tau dulu soalnya Kak Tyas Senin sampe Jumat juga kerja jadi mesti janjian dulu kalau mau ngeles. Minggu pertama belajar Russia : Belajar Huruf. Ini huruf apa? Emang ada manusia yang bisa baca huruf kayak gini? Setelah 1 sesi belajar udah mulai me-lafal-kan beberapa tulisan dalam bahasa Russia. Yah lumayan buat newbie. Minggu kedua masih sama yaitu belajar hurufnya lagi, sambil coba ditulis dan ngarang beberapa kata atau kalimat trus diterjemahin hurufnya satu-satu ke huruf "Kiril".

Well, nampaknya aku mulai jatuh hati pada bahasa ini. Selain karena aksennya yang kedengaran aneh tapi asik kalo didengar, but mungkin untuk beberapa orang. Mungkin karena aku suka hal yang gak terlalu disukain banyak orang atau orang lain jarang ada yang memilihnya. I have my own style. Memilih belajar bahasa yang belum tentu bisa dapet pengajar yang enak dan klop. Oh ya, aku belajar sama Kak Tyas bersifat privat. Tapi bayarnya lebih murah karena kenal dengan teman semendiri. Dan dia baru pertama ngajar bahasa Russia kepada orang lain setelah lulus dari kuliah. Betapa beruntungnya aku, Alhamdulillah. Semuanya emang gak ada yang kebetulan. Asal ada kemauan pasti ada jalan.

Seperti sekarang, setelah mempelajari bahasanya aku berpikir kenapa gak coba tinggal disana. Apapun jalannya kalo emang niat dan berusaha kesana pasti jadi. But, jalan itu masih panjang. Ibarat bangun jalan ini masih merancang blueprintnya, masih gambar petanya, masih ngeliat dari udara, mempelajari tekstur tanah yang akan dibangun jalan nantinya. Ketika jalan ini sudah jadi maka jalan ini akan terhubung dengan jalan yang lain lagi yang bisa membawaku kemana saja. Karena jalan ini tidak ada ujungnya selama kita masih berusaha membuat jalan itu. Jalan itu terkadang bukan hanya jalan untuk kita. Terkadang kita harus berbagi jalan dengan orang lain, tidak masalah, karena dalam perjalanan pun kita terkadang butuh teman. Siapa yang tidak senang dalam perjalanan mempunyai teman? Apalagi kalau teman tersebut dapat memberi informasi yang berguna, kita bisa sharing, saling membantu dan mungkin, menjalin hubungan? :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar