Minggu, 22 Juli 2012

Sebuah Renungan


Hai, kembali lagi bersama aku setelah sekian lama tidak menulis di dunia per-blog-an.
Entah kenapa lagi pengen nulis malam ini. Mungkin karena udah banyak unek-unek dan harus dikeluarkan kali ya?

Well, aku nulis ini jam 2.24 a.m waktu Jakarta menunggu waktu sahur dan mungkin juga karena efek minum kopi tadi abis Isya.

Ya, sekarang bulan puasa. Bulan dimana semua orang berbondong-bondong untuk mencari pahala di bulan yang penuh berkah ini. "Berkah" bukan hanya pahala namun juga bisa dalam bentuk yang lain.
Sebenarnya bulan puasa ini sama seperti bulan puasa dengan yang lalu. Tetapi.......
Ada yang mengganjal di hatiku bulan puasa kali ini.

Mungkin kita sudah biasa dapat broadcast message dari teman kita baik lewat BBM atau melalui sms, biasa, setidaknya sampai aku tau apa makna dari semuanya dari sudut pandangku.
Gak salah sih broadcast hal-hal seperti itu. Tapi.......
Pikiran seorang pemuda gondrong inipun bergolak, apakah karena bulan puasa semua orang baru meminta maaf? Bukankah seharusnya setiap kita berbuat kesalahan harus langsung minta maaf?

Beberapa tahun yang lalu aku memaklumi semua ini, tapi tidak dengan tahun ini. Mengapa? Apakah aku sudah jadi dewasa dengan mengetahui mana yang dijalani dengan hati dan mana yang cuma sekedar ikut-ikutan? Apakah ini bukti bahwa tingkat keimananku meningkat atau menurun?

Mengenai hal broadcast meminta maaf ini aku gak mau munafik, dari dulu aku gak pernah mem forward kata-kata mutiara untuk dijadikan bahan minta maaf ke semua orang, dan aku hanya meminta maaf hanya kepada orang-orang yang kukenal dekat dengan bahasaku sendiri, tidak dengan bahasa orang lain.

Jujur banyak orang yang mengirimi aku dengan broadcast seperti ini, tapi tak satupun kubalas, mengapa? Karena mereka semua sudah kumaafkan. Tanpa perlu mereka meminta maaf sudah kumaafkan dosa mereka yang pernah membuat hatiku gak enak.

Dan menurutku itu lebih bagus dibandingkan dengan broadcast yang copy paste itu.
Sampai kemudian ada yang menyindir di twitter intinya sih dia bilang "Lebih baik minta maaf lewat broadcast dibanding gak sama sekali, emangnya kamu tau niat setiap orang?"

Well, kalimat seperti ini jelas bertentangan dengan prinsip yang sudah aku jelaskan tadi.
Aku menganggap itu tidak niat karena hanya copy paste dari teman, googling dan sebagainya.
Mungkin menurut mereka yang seperti itu bagus menurut mereka, tapi tidak buatku.
Masalah niat, orang gak ada yang tau, cuma kamu sama Tuhan aja yang tau niatmu itu apa.


Tidak salah rasanya kata-kata Papa yang selalu terbesit dipikiranku "Jangan mau jadi orang yang biasa-biasa saja." Well, Papa tidak menyebutkan biasa-biasa saja dalam hal apa bukan? Jadi aku menganggap pikiranku yang diluar kebanyakan orang biasa itu bagus.

Percayalah, akan lebih bagus dan bermakna kalau kamu berdoa dan memaafkan orang-orang yang pernah menyakiti, menghina, menjelekkan kamu dalam doa mu. Doa mu itu pasti makbul. Terkecuali kamu berdoa lewat social media. Emang ada doa lewat social media? Emang ada yang pernah berdoa lewat social media trus langsung dikabulkan gitu? Bullshit. Omong kosong.


Itu yang pertama. Yang kedua
Dimana- mana kita sering mendengar kata-kata "Hormatilah yang berpuasa"
Tunggu, gak kebalik ya? Bukannya kita yang harus menghormati yang gak berpuasa?   
Berpuasa adalah ibadah, kalau kamu beribadah minta dihormati berarti level imanmu masih cetek/dangkal, setuju?

Mengapa? karena orang beribadah itu tanpa perlu orang lain tau dia sudah sadar akan peran dia terhadap Tuhan. Hubungan itu terbagi menjadi dua, ke atas (dengan Tuhan) dan ke samping (dengan sesama). Hukumnya adalah jika hubunganmu dengan yang atas sudah benar dan lancar maka hubunganmu ke samping juga pasti bagus, itu pasti. Tapi kalau hubungan dengan yang samping bagus belum tentu dengan yang atas bisa bagus juga. See?

Beribadah minta dihormati itu manusiawi selama masih diatas kewajaran.
Contoh kamu dengan temanmu yang beragama lain sedang jalan, tiba-tiba temanmu lapar, maka temanmu seharusnya mencari makan dong? trus sampai di tempat makan kamu bilang aku puasa loh, dia pun membatalkan niatnya untuk makan. Dia menderita kamu juga menderita. dia menderita gak bisa makan kamu menderita karena dia mau makan.

Seharusnya biarkan saja dia makan, toh makan itu juga ibadah (survive). kamu punya agama dan kepercayaan begitupun juga dia. saling menghormatilah. dia menghormatimu dengan makan di depanmu dan kamu tetap berpuasa didepannya. dia menjalankan ibadahnya kamu juga menjalankan ibadahmu. itu baru benar.

2 masalah ini yang merasuki pikiranku selama sebelum awal puasa ini dan sampai sekarang. mudah-mudah setelah ini ditulis bisa menjadi berkurang dan banyak orang yang tersadar.
Ingat, aku bukan manusia yang sempurna, aku cuma ingin memberikan pendapat dengan caraku sendiri dan dengan sudut pandangku sendiri. Jadi, berpikirlah setelah membaca ini, siapapun.

Tak lupa aku juga mengucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa bagi yang menjalankannya, semoga mendapat hidayah setelah membaca tulisan ini. Amin.
Sekian dan Terimakasih

"Never Stop Learning, Anything" - Father