Minggu, 03 November 2013

Sebuah Janji

Janjiku padamu tak pernah terucap. Kau pun juga tak pernah menagihnya.
Tapi aku tahu kau menginginkannya.

Sabarlah, semua ada waktunya.
Sementara semesta merencanakan konspirasi besarnya untuk kita, alangkah baiknya kita bersiap dahulu masing-masing.
Mengejar mimpi, tujuan, hasrat masing-masing.

Aku tak mau janji ini menghantui kita. Alangkah lebih baiknya janji ini kita bebaskan saja, seperti mengeluarkan burung perkutut dari sangkarnya. Biarkan dia terbang tinggi melihat dunia dan berkembang biak. Suatu saat, ia pasti akan datang kepada kita dan membawa berita baiknya. Bukankah lebih baik begitu?

Aku tahu kau ingin aku mengucap janji itu, tapi tidak sekarang.
Nanti pasti akan ada waktu yang lebih baik, saat kita sudah lebih arif, bijaksana terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Semoga aku masih bisa menepati janji ini sebelum aku atau kau sudah tidak ada di dunia yang megah ini.

Mimpi?

Hari ini kembali diajarkan bahwa mimpi itu harus tak terbatas. Selama kita masih bisa bermimpi sesuatu maka mimpi itu pasti bisa diwujudkan. Mungkin cepat atau lambat.

Bicara mimpi, terkadang kita berada di satu titik bahwa mimpi kita tinggallah mimpi omong kosong tanpa ada usaha untuk mengejarnya lagi. Karena kita tau mimpi tersebut terlalu mustahil bagi kita.

Mimpi paling indah adalah pada saat kita menyadari bahwa suatu saat kita berhasil mencapai sesuatu hal yang pernah kita impikan menjadi kenyataan. Benar?

Mimpi paling buruk adalah pada saat kita bermimpi lalu kemudian menyadari bahwa mimpi itu adalah hal yang tidak mungkin kita lakukan. Salah?

Entahlah. Manusia terkadang terlalu terbuai oleh mimpinya sehingga sering berbuat kerusakan, tidak peka terhadap lingkungan, egois dan sebagainya. Tapi terkadang mimpi jugalah yang membuat orang tersadar dan kemudian mereka membangun hal yang baik, membantu sesama, membawa perubahan bagi orang-orang disekitarnya.

Mimpiku adalah semangatku, teruslah bermimpi, malaikat kecilku.