Senin, 13 Agustus 2012

Keadilan itu tidak mudah, Kawan.

Ya. Keadilan itu tidak mudah. Perlu pertimbangan yang amat mendalam mengenai hal ini. Semua orang ingin agar mendapatkan keadilan. Apa tolak ukur sesuatu itu disebut sebagai keadilan?

Ngomong-ngomong tentang keadilan, aku mendapat inspirasi ini dari dosen CB (Character Building) yang beberapa pertemuan yang alu membahas tentang keadilan. Ya. Agak menyimpang dari materi yang diajarkan sih, tapi gak papa, malah nambah ilmu. Aku baru ada mood nulis sekarang dan baru sempetnya sekarang (alasan) padahal tiap hari juga keluyuran :p

Oke. Kembali ke Keadilan. Pernah inget gak ada kasus nenek yang dibawa ke pengadilan sama tetangganya gara-gara nyuri singkong atau buah apa gituu di kebun tetangganya? miris. ya. Setelah aku baca kronologinya ternyata si nenek terpaksa mencuri karena dia sudah sangat kelaparan beserta cucu nya yang kebetulan tinggal bersama dia. Si nenek ini termasuk orang yang miskin jadi ya mungkin duit juga tidak ada, makan entah bagaimana caranya, kasian deh pokoknya. Si tetangga mengetahui kalo nenek mencuri singkong dari kebunnya dan hendak main hakim sendiri saat itu juga, tapi kebetulan ada warga yang lewat dan meleraikan perselisihan ini. Akhirnya si nenek di seret ke pengadilan bersama si tetangga ini.

Setelah di pengadilan, si tetangga pun menceritakan kronologi kejadiannya. si nenek pun dituntut atas berbagai macam pasal-pasal terkait pencuriannya. Dan menurut pasal-pasal tersebut si nenek tersebut harus dipenjara selama berapa bulan gitu aku lupa atau membayar sejumlah denda, jumlahnya aku lupa. Sang Hakim tidak tega menjatuhkan hukuman tersebut, tapi pengadilan ini harus segera diselesaikan. Lalu kemudian Sang Hakim memukul palu tanda menyatakan nenek tersebut bersalah. Setelah selesai pengadilan Sang Hakim pun turun dan berbicara kepada tangga sambil mengeluarkan uang dari dompetnya dan berkata "Saya yang membayar denda atas nenek ini, kau tega membiarkan tetanggamu kelaparan dan kau masih mencari untung darinya"

Hakim seperti ini langka. Sangat langka. Jarang ada yang mau berkorban seperti ini. Dia memutuskan hal seperti ini juga karena dia merasa ada sesutau yang tidak benar disini. Nurani nya berontak. Dan dia mengikuti nurani nya itu. Karena Hakim ini berbeda maka dijadikanlah berita oleh media seolah-olah berbuat jujur itu sesuatu yang langka, sesuatu yang jarang orang bisa lakukan, padahal berbuat jujur itu harus!

Kisah tentang keadilan lainnya ini hasil diskusi dari dosen CB. Dosen CB ku adalah Pendeta. Well, gak ada salahnya kan dosen Pendeta? Justru dosen Pendeta ini pikirannya lebih terbuka daripada........... yasudahlah, kita gak bahas itu di sini.

Begini ceritanya. Suatu hari ada seorang Hakim yang meminta pertobatan kepada dosenku. Kemudian ditanya oleh dosenku, "ada apa?" kemudian dia menjawab "begini pak pendeta, saya merasa bersalah pak pendeta, kemarin saya sebelum sidang saya ditelfon oleh orang tak dikenal dengan meminta agar tersangka kasus yang besok saya tangani hukumannya minimal dikurangi dan maksimal dihapuskan. saya bingung pak pendeta, keluarga saya, istri saya, dan anak-anak saya diancam, dan dia juga mengatakan dengan tepat alamat rumah saya, dimana istri saya bekerja, dimana anak saya sekolah. saya tidak bisa berbuat apa-apa pak pendeta, mereka mengatakan kalau masih mau melihat mereka saat matahari terbit turuti permintaan mereka."

Ironis bukan? Banyak orang yang ngomong menegakkan keadilan. Tapi "Keadilan itu tidak mudah, Kawan." Akhir dari pengadilan yang dipimpin oleh hakim tadi berakhir dengan hukuman si tersangka diringankan. Banyak pihak yang rugi? Banyak. Salah siapa? Menurut kamu? Tapi si Hakim mau berbuat apa? Di satu sisi dia mau mengikuti nuraninya untuk menjatuhkan hukuman ke tersangka, tapi di sisi lain dia harus menanggung beban untuk menanggung resiko agar tidak dicap tidak adil untuk menyelamatkan keluarganya. Kalo kamu diposisi dia tindakan apa yang kamu ambil?

Keadilan memang masih sulit terutama di negeri kita tercinta ini, negeri yang sekarang menjadi sarang koruptor. Koruptor berkuasa. Kamu melawan koruptor maka kamu yang salah. Keadilan di Indonesia sudah hancur. Mau sampai kapan wahai aku, kamu, kita, dan semua anak muda calon penerus generasi bangsa ini? Masih mau ikut arus korupsi? Arus mengikuti ketidak adilan? Terserah kalian. Hidup ada ditangan kalian. Tapi ingat semakin besar jabatan kalian, semakin banyak "angin" yang menggoda kamu. Tergiur? Silahkan pikirkan sendiri.

Mungkin ini beberapa unek-unek saya selama beberapa hari ini. Harus segera ditulis, kalo gak ntr lupa dan gelisah. Maaf tata bahasa yang semrawut dan bahasa yang yaaa begitu deh, hanya mengeluarkan yang ada dalam isi kepala. Ini bersifat opini, jadi kalo ada yang mau komentar / kritik silahkan, aku hargai.

"Never Stop Learning, Anything" - Father